Mega dan Puan Dominasi Ruang Publik, Penyebab Jokowi Effect Minimal
Related Posts
Perolehan suara PDIP yang tidak mencapai 25 persen dalam hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga, dimaknai oleh sejumlah pakar dan pengamat politik bahwa pencapresan Jokowi oleh PDIP atau 'Jokowi Effect' sama sekali tak berpengaruh.
Pengamat Politik CSIS J Kristiadi, menyatakan, sebenarnya masih ada resistensi atau penolakan-penolakan didalam internal PDIP terhadap pencapresan Jokowi.
Hal inilah, katanya, yang membuat PDIP tidak maksimal menggerakkan mesin politiknya. Karenanya menjadi wajar jika pencapresan Jokowi tidak berpengaruh atas perolehan suara legislatif PDIP.
"Resistensi internal ini menyebabkan masyarakat tidak terlalu yakin dengan PDIP dan calegnya. Akhirnya pencapresan Jokowi tidak meyakinkan masyarakat atas PDIP," kata Kristiadi saat dihubungi, Kamis (10/4/2014).
Namun katanya masyarakat tetap yakin pada Jokowi, tapi belum untuk PDIP dan calegnya. Selain itu, Kris menilai pencapresan Jokowi seakan dijadikan mantra penyihir bagi simpati masyarakat, sehingga jajaran PDIP sebagai mesin politik tidak dimaksimalkan bekerja.
"Jadi yang ingin dicapai PDIP agar Jokowi adalah PDIP atau sebaliknya, menjadi tidak maksimal," kata Kris.
Menurutnya masyarakat tetap menganggap PDIP adalah PDIP, sementara Jokowi adalah hal lain.
Sementara itu, Budiman, praktisi pemenangan pemilu dari Lembaga Survei Konsep Indonesia (Konsepindo), menyatakan dari sudut pandang komunikasi politik, tidak melonjaknya suara pileg PDIP seperti hasil sejumlah lembaga survei, karena tidak koherennya pesan kampanye yang dilakukan PDIP dengan langkah pencapresan Jokowi.
Menurutnya setelah pencapresan Jokowi, figur Megawati dan Puan Maharani sebagai petinggi PDIP, justru masih mendominasi ruang publik dan media massa di mata masyarakat.
Sehingga masyarakat pemilih tetap mengganggap Jokowi yang dicapreskan PDIP, adalah diluar PDIP itu sendiri. "Termasuk dalam iklan-iklan politik partai ini, Mega dan Puan paling mendominasi," kata Budiman.
No comments: