Apresiasi diri dan karunia.
Related Posts
1Korintus
2:6-16
Yesus
pernah berkata di dalam Mat.
7:6, “ jangan berikan mutiara
kepada babi ”. Babi jantan tidak akan makin tertarik kepada betinanya bila
ia berkalungkan mutiara. Si jantan, karena kebabiannya, tidak akan pernah mampu
menghargai dan mengapresiasi mutiara sebagaimana kita manusia memaknainya.
Jelas,
jemaat Korintus bukan sekumpulan babi. Sejak awal surat, Paulus menyebut mereka
sebagai orang yang telah dikuduskan dan dipanggil menjadi orang-orang kudus (psl1:2).
Kepada mereka hikmat keselamatan Allah telah dinyatakan (ayat 10); hikmat
tentang karya keselamatan Allah yang tersembunyi bahkan bagi para penguasa,
tetapi yang disediakan Allah bagi kemuliaan mereka yang percaya seperti jemaat
Korintus (ayat 7). Mereka pun telah menerima Roh-Nya (ayat 12), yang dalam
analogi kemanusiaan, bahkan tahu hal-hal terdalam dari Allah (ayat 10-11). Luar
biasa. Apa lagi yang kurang?
Atas
dasar jati diri ini Paulus hendak menampilkan seperti apa itu manusia rohani:
1.
Dapat mengajar dan
berkata-kata berdasarkan hikmat dari Roh Allah (ayat 6,13). (Kol
3:16; 2Tim 3:16)
2.
Dapat memahami hal-hal
rohani (ayat 13,14). (bd. 1Kor 14:37)
3.
Menilai segala sesuatu
berdasarkan hikmat Allah, tanpa dinilai orang lain (ayat 15). (2Kor 5:16)
4.
Dapat mengapresiasikan
hikmat dan penyertaan Roh Allah melalui hidupnya. (Pkh
10:10; 1Rj 3:28)
ia tidaklah seperti manusia
duniawi (Yun. psukhikos) yang tidak menerima hikmat dari Roh Allah,
menganggapnya sebagai kebodohan, dan tidak dapat memahaminya (ayat 14).
Singkatnya, manusia rohani Jemaat Korintus, bersama semua yang berseru kepada
nama Yesus Kristus seperti kita kini (ayat 1:2) punya untaian indah mutiara
karunia ilahi. Sekarang, tinggal bagaimana kita mengapresiasinya.
Renungkan: Merasa
ada yang kurang dari hidup Anda? Kadang, hal terpenting yang kurang justru
adalah apresiasi dan respons yang nyata dalam hidup kita atas
karunia-karunia-Nya yang sudah diberikam kepada kita.
No comments: